Friday, March 28, 2014

Ayah, Dengarkan Aku..



        Matahari bersinar menandakan bahwa pagi datang lagi. Aku selalu ingin memejamkan mata dan tidak mau membukanya lagi ketika aku tau bahwa aku hidup di dunia nyata, bukan mimpi. Impianku yang begitu indah, hidup dalam ketentraman tanpa ada bayangan gelap dalam hidupku. Aku selalu dihantui rasa takut, takut untuk berjalan, takut untuk maju, takut untuk berfikir. Aku selalu dibebani bayangan gelap yang selalu mengikutiku kemanapun aku berjalan. ya, inilah aku, sang pemimpi.


         Aku terlahir dalam sebuah keluarga sederhana yang dingin dan gelap. Sejak kecil aku selalu mendapat perlakuan keras dari ayahku. Ayahku adalah seorang tentara, wajar saja jika perlakuan beliau begitu keras kepadaku. Sejak dulu aku selalu dilarang untuk menangis, aku dilarang untuk cengeng, aku dilarang untuk lemah. Ya, aku tau semua itu baik untukku, tapi disisi lain aku adalah seorang wanita, aku punya perasaan yang amat dalam, aku selalu berusaha keras untuk tidak meneteskan air mata, tapi sulit, sungguh sangat sulit.

         Ayah selalu ingin aku menjadi yang terbaik, ayah selalu ingin aku maju, tapi mengapa aku tidak pernah dibimbing? Mengapa aku dibiarkan jalan sendiri tanpa tau arah? Wajar saja jika selama ini aku sering tersesat, itu karena aku tidak atu jalan mana yang harus aku pilih. Aku begitu bingung, semua ini sangat sulit untuk ku jalani. Kadang sesaat aku menemukan jalan yang baik, tapi kadang juga aku menemukan jalan yang buruk. Aku bingung ayah, mengapa aku seperti ini? Apa ini semua karna salahku yang tidak bisa menjalani hidup dengan stabil? Jalan hidupku selalu berubah, aku tak mengerti mengapa semua itu cepat berubah. Ayah, mengapa aku tidak diberi penjelasan?
 
         Dalam hidup nyata mungkin aku jarang menangis, tapi dalam hatiku selalu menjerit, entah apa yang bisa kulakukan untuk mengeluarkan semuanya, semua beban dalam hidupku. Aku terus berusaha mencari jati diri, aku selalu berusaha bangkit, aku selalu berusaha menjadi sesuatu dari apa yang ada dalam diriku, bukan dari orang lain. Dalam hatiku selalu bertanya, bisakah? Bisakah? Bisakah aku menjadi sesuatu yang berguna untuk orang lain? Aku harus percaya, aku pasti bisa. Bagaimanapun caranya, aku akan berjuang untuk membanggakan orang tuaku. Aku harus bisa buktikan, bahwa anak perempuan itu bukan aib. Ayahku sejak dulu selalu menginginkan anak laki-laki dalam keluarga kami. Akulah yang diharapkan menjadi anak laki-laki itu, tapi nyatanya aku terlahir sebagai anak perempuan. Aku diperlakukan layaknya anak laki-laki. Ayahku selalu tegas kepadaku dan kakakku yang kebetulan perempuan juga.

         Sampai akhirnya lahirlah adikku, seorang anak laki-laki yang ditunggu-tunggu ayahku. Tapi mengapa beda perlakuan antara aku dengan adikku? Mengapa aku selalu di kekang? Sedangkan adikku tidak? Apakah ini semua karena gender? Apakah aku tidak berhak merasakan kebebasan? Ya aku tau bahwa anak perempuan itu sangat harus dijaga, jangan sampai mengotori nama baik keluarga, tapi mengapa  anak laki-laki tidak? Apa karena dia penerus ayah? Apakah laki-laki itu tidak bisa mengotori nama keluarga? Apakah hanya anak perempuan saja yang bisa mengotori nama keluarga? Apakah anak perempuan tidak ada harganya? Menapa demikian?

          Aku sadar kondisi ku sebagai anak perempan, aku selalu berusaha menjaga nama baik keluarga, aku tidak mau nama keluarga jelek, tapi ayah tidak pernah memberiku kebebasan sedikitpun. Apa aku salah mencari kebebasanku sendiri? Jangan salahkan aku ayah, aku hanya ingin merasakan kebahagiaan seperti yang teman-temanku rasakan. Ayah maafkan jika aku salah, aku hanya ingin tau, aku hanya penasaran. Bukan maksudku untuk menjelekkan nama keluarga.

            Ayah tolong dengarkan aku,  aku hanya ingin terbang seperti burung, aku hanya ingin bergaul, aku hanya ingin berkelana. Aku selalu sendiri, ayah kerja, ibu kerja, kakak juga kerja. Aku harus bercerita kepada siapa? Aku hanya butuh teman bicara, aku hanya butuh teman curhat. Apakah aku salah jika aku mencari kesenanganku diluar? Apakah aku salah jika aku jarang banyak waktu dirumah? Itu semua aku lakukan untuk mengurangi bebanku, beban dalam pikiranku yang aku tidak tau harus cerita kepada siapa. Aku hanya ingin didengarkan, aku hanya ingin bebas.. ayah dengarkan aku..

0 comments:

Post a Comment