Thursday, June 22, 2017

Menanamkan Asertivitas Pada Remaja

              Di era keterbukaan ini, setiap orang tidak perlu takut lagi untuk mengemukakan atau mengekspresikan pendapat. Kebebasan berekspresi ini, bahkan telah dijamin oleh Negara secara konstitusional. Sayangnya orang masih merasa takut mengemukakan keinginan atau pendapatnya secara terbuka. Perasaan malu dan takut semacam ini juga sering ditemui di dalam diri siswa di sekolah, khususnya mereka yang masih di usia remaja.

              Akibat rasa malu dan takut untuk mengekspresikan keinginan dan pendapatnya, proses belajar mengajar yang interaktif sulit dicapai. Siswa cenderung diam dari pada membuka perdebatan atau dialog dengan guru maupun dengan sesama siswa. Kondisi semacam ini tentu saja sangat tidak kondusif bagi upaya pembelajaran yang bersifat dialogis dan interaktif. Oleh sebab itu, kemampuan asertif perlu ditanamkan dalam diri siswa sedini mungkin.

Asertivitas

             Asertivitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pendapat, dan keinginannya secara langsung, jujur, dan terbuka pada orang lain. Orang yang assertif adalah orang yang memiliki keberanian untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya, mempertahankan hak-hak pribadinya, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak beralasan (Rathus, 1982). Asertivitas bukan hanya berarti seseorang dapat bebas berbuat sesuatu yang diinginkannya, tetapi didalam asertif terkandung berbagai pertimbangan mengenai buruk-buruknya suatu sikap dan perilaku yang akan muncul.

          Ciri orang yang memiliki kemampuan asertif, antara lain :
1.      Bebas berpendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan
2.      Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka
3.      Mampu memulai, melanjutkan, dan mengakiri pembicaraan secara baik
4.      Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau menolak segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5.      Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6.      Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
7.      Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8.      Menerima keterbatasan yang ada didalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai keinginannya sebaik mungkin sehingga baik berhasil maupun tidak berhasil ia akan tetap memiliki harga diri dan kepercayaan diri (Fensterheim dan Baer, 1980: Lazuarus, 1991).

               Usia remaja merupakan masa dimana seseorang mulai banyak berinteraksi secara intensif dengan lingkungan diluar keluarganya. Pada usia remaja semacam itu, sikap dan perilaku asertif akan sangat bermanfaat terutama ketika bergaul dengan orang lain, baik yang sama usia dan status sosialnya maupun yang berbeda. Manfaat yang bias dipetik oleh seorang remaja yang memiliki kemampuan asertif antara lain:

            Pertama, sikap dan perilaku asertif akan memudahkan remaja dalam bersosialisasi, menjalin hubungan interpersonal secara efektif, untuk berinteraksi dengan siapapun.

            Kedua, dengan kemampuan mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkan secara langsung, dapat menghindari munculnya ketegangan, perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya.

           Ketiga, asertivitas akan membuat remaja mampu mencari solusi dari berbagai kesulitan yang dihadapinya, sehingga permasalahan tidak menjadi beban yang berlarut-larut.

         Keempat, asertivitas akan membantu remaja untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasan tentang lingkungan dan tidak berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya.


Kelima, asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku yang kurang tepat, bias membantu remaja bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekurangannya itu.

1 comments: