Di era keterbukaan ini, setiap orang tidak perlu
takut lagi untuk mengemukakan atau mengekspresikan pendapat. Kebebasan berekspresi
ini, bahkan telah dijamin oleh Negara secara konstitusional. Sayangnya orang
masih merasa takut mengemukakan keinginan atau pendapatnya secara terbuka. Perasaan
malu dan takut semacam ini juga sering ditemui di dalam diri siswa di sekolah,
khususnya mereka yang masih di usia remaja.
Akibat rasa malu dan takut untuk mengekspresikan
keinginan dan pendapatnya, proses belajar mengajar yang interaktif sulit
dicapai. Siswa cenderung diam dari pada membuka perdebatan atau dialog dengan
guru maupun dengan sesama siswa. Kondisi semacam ini tentu saja sangat tidak
kondusif bagi upaya pembelajaran yang bersifat dialogis dan interaktif. Oleh sebab
itu, kemampuan asertif perlu ditanamkan dalam diri siswa sedini mungkin.
Asertivitas
Asertivitas merupakan kemampuan seseorang untuk
mengemukakan pendapat, dan keinginannya secara langsung, jujur, dan terbuka
pada orang lain. Orang yang assertif adalah orang yang memiliki keberanian
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya, mempertahankan hak-hak
pribadinya, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak beralasan (Rathus,
1982). Asertivitas bukan hanya berarti seseorang dapat bebas berbuat sesuatu
yang diinginkannya, tetapi didalam asertif terkandung berbagai pertimbangan
mengenai buruk-buruknya suatu sikap dan perilaku yang akan muncul.
Ciri orang yang memiliki kemampuan asertif, antara
lain :
1. Bebas
berpendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan
2. Dapat
berkomunikasi secara langsung dan terbuka
3. Mampu
memulai, melanjutkan, dan mengakiri pembicaraan secara baik
4. Mampu
menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau
menolak segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5. Mampu
mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6. Mampu
menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
7. Memiliki
sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8. Menerima
keterbatasan yang ada didalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai
keinginannya sebaik mungkin sehingga baik berhasil maupun tidak berhasil ia
akan tetap memiliki harga diri dan kepercayaan diri (Fensterheim dan Baer,
1980: Lazuarus, 1991).
Usia remaja merupakan masa dimana seseorang mulai
banyak berinteraksi secara intensif dengan lingkungan diluar keluarganya. Pada usia
remaja semacam itu, sikap dan perilaku asertif akan sangat bermanfaat terutama
ketika bergaul dengan orang lain, baik yang sama usia dan status sosialnya
maupun yang berbeda. Manfaat yang bias dipetik oleh seorang remaja yang
memiliki kemampuan asertif antara lain:
Pertama, sikap dan perilaku asertif akan memudahkan
remaja dalam bersosialisasi, menjalin hubungan interpersonal secara efektif,
untuk berinteraksi dengan siapapun.
Kedua, dengan kemampuan mengungkapkan apa yang
dirasakan dan diinginkan secara langsung, dapat menghindari munculnya
ketegangan, perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang
ingin diutarakannya.
Ketiga, asertivitas akan membuat remaja mampu
mencari solusi dari berbagai kesulitan yang dihadapinya, sehingga permasalahan
tidak menjadi beban yang berlarut-larut.
Keempat, asertivitas akan membantu remaja untuk
meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasan tentang lingkungan dan
tidak berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya.
Kelima, asertif terhadap orang lain yang bersikap
atau berperilaku yang kurang tepat, bias membantu remaja bersangkutan untuk
lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekurangannya
itu.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete